Cita-cita
Setelah punya rumah, apa cita-citamu? Kecil saja:
ingin bisa sampai di rumah saat masih senja supaya
saya dan senja sempat minum teh bersama di depan
jendela.
Ah, cita-cita. Makin hari kesibukan makin bertumpuk,
uang makin banyak maunya, jalanan macet, akhirnya
pulang terlambat. Seperti turis lokal saja, singgah
menginap di rumah sendiri buat sekedar melepas
penat.
Tak usahlah berandai-andai: saat baru saja mulai
akrab dengan rumah (yang baru saja tamat cicilan
kreditnya), tiba-tiba "Telah Pulang ke Rumah Bunda
di Surga..."
Terberkatilah waktu yang dengan tekun dan sabar
membangun sengkarut tubuhku menjadi rumah besar
yang ditunggui seorang ibu. Ibu waktu berbisik mesra:
"Sudah kubuatkan sarang senja di bujur barat
tubuhmu. Senja sedang berhangat-hangat di dalam
sarangnya."
Joko Pinurbo, 2003
Apa yang di bilang Mas/Pak/Om Joko Pinurbo ini sungguh ada benarnya........... di awal hidup bersama mantan kekasih saya, kami memiliki impian, punya sebuah rumah di pinggir Jakarta.... tak perlu besar, yang penting harus ada pohon buah dan gemericik air dari kolam hias kecil di sudut rumah dan teras yang nyaman untuk menghabiskan sore dengan kehangatan. kenyataannya setelah itu terwujud..... sulit sekali memandang senja berdampingan dari sisi yang sama.
Setelah punya rumah, apa cita-citamu? Kecil saja:
ingin bisa sampai di rumah saat masih senja supaya
saya dan senja sempat minum teh bersama di depan
jendela.
Sebuah cita-cita sederhana.....
semoga saja yang ini tidak terjadi.......
Tak usahlah berandai-andai: saat baru saja mulai
akrab dengan rumah (yang baru saja tamat cicilan
kreditnya), tiba-tiba "Telah Pulang ke Rumah Bunda
di Surga..."
Selasa, 31 Mei 2011
Langganan:
Komentar (Atom)